Cita Citaku Seperti Cerobong Asap
Aku disini tinggal di kota dengan sekeliling beberapa industri. Waktu dulu kota ini bagaikan hutan hijau dengan pohon-pohon yang tinggi. Setiap aku berangkat sekolah sma waktu dulu, pemandangan atau udara menjadi kotor karena pabrik-pabrik mulai berkerja. Saya melihat cerobong asap industri, mengeluarkan udara kotor terus menerus tanpa henti dan kejadian tersebut berulang kembali tanpa henti.
Suatu hari, berada disekolah dan sedang belajar pelajaran sosiologi, guru tiba-tiba menanyakan cita-cita setiap anak. Ketika guru sosiologi menanyakan “Kamu cita-citanya apa?” Aku terdiam beberapa detik dan menjawab “Ingin menjadi karyawan aja”. Lalu guru tersebut bilang “Cita-cita itu harus kaya angin dan berguna terus tanpa henti”. Setelah mendengar kata-kata itu aku diem sejenak dan berfikir seperti ada yang masuk di akal.
Ketika waktu menunjukan sore hari, bel bunyi tanda sekolah berakhir. Sambil berjalan sambil berfikir apa maksud dari pernyataan guru sosiologi tersebut. Tiba-tiba aku melihat kembali cerobong asap yang masih terus mengeluarkan asap. Setelah melihat dan merenung tentang cerobong yang mengeluarkan asap terus. Otak aku mulai berfikir, kesamaan tentang cita-cita itu harus kaya angin dan berguna terus tanpa henti antara cerobong asap pabrik yang tanpa henti mengeluarkan asap.
Setibanya dirumah, aku menanyakan kepada Ibu “Bu, kenapa tiap hari cerobong-cerobong asap pabrik terus mengeluarkan udara?” Ibu aku menjawab “Itu karena dengan keluarnya udara, menandakan bahwa pabrik itu sedang berkerja tanpa henti untuk mendapatkan sesuatu yang di inginkan secara terus menerus”. Setelah mendegar itu, aku ke kamar dan tiduran berfikir kalau cita-cita itu harus seperti cerobong asap pabrik. Maksudnya seperti cerobong asap, cita-cita harus ada guna nya di masa depan dan terus menghasilkan sesuatu buat kita sendiri untuk mendapatkan tujuan yang kita inginkan.
Beberapa minggu kemudian, pelajaran sosiologi guru tersebut kembali menanyakan cita-cita. Ketika mendapat gilirang “Cita-cita kamu yang paling kamu inginkan apa?” Aku menjawab “Cita-cita yang aku inginkan seperti cerobong asap, yaitu sebuah cita-cita yang di masa depan dapat menghasilkan sesuatu yang berguna buat sendiri dan tanpa henti cita-cita tersebut akan berjalan seiring waktu”. Setelah aku menjawab pertanyaan, guru sosiologi diam sejenak seperti waktu aku dulu ketika di tanya. Beberapa saat dia menjawab “Ibu sangat setuju dengan pendapat mu”. Aku sangat senang, karena dengan kata-kata ini aku akan memiliki pedoman untuk mencari sebuah cita-cita yang sangat berguna buat masa depanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar